Jumat, 01 Mei 2020

si-lau (jurnal ramadhan #5)


biasanya adaaa aja entah dari sepandangan, sepostingan, securhatan atau sekelebatan yang akhirnya membuat otak auto membandingkan.

ada perbedaan output tapinya.
1. ikut bersyukur dan kemudian termotivasi
2. ikut bersyukur kemudian merasa rendah diri
3. datar saja, lalu dilupakan
4. diingat-ingat lalu dibandingkan dengan diri sendiri, kemudian bersyukur
5. diam dan berfikir 'ah elah, gitu doang' kemudian kepo sama kehidupan pribadinya lain-lain
6. sebel, kesel kemudian iri hati.

makin ke bawah, level pikirannya memburuk ya.
itu level disclaimer sepihak dari saya, yang pernah saya rasakan sendiri.
alhamdulillaah semua hanya tertahan di pikiran, tanpa pernah diucapkan kecuali ke saudara terdekat.
semoga Allah selalu menjaga hati dan lisan (serta tulisan) kita. aamiin. 


lalu maksud tulisan ini? 
ya sekadar mengingatkan diri sendiri untuk selalu bersyukur akan apa-apa yang sudah dipunyai, yang sudah diberi oleh Allah.
semua sudah tercatat bahkan jauh sebelum penciptaan.
jadii... ya sudah. jangan berlarut-larut dalam membandingkan. jangan pula dijadikan sebab pengandaian.

cukup jadikan pelajaran, bahwa apapun, selalu usahakan untuk melakukan yang terbaik. jangan terlena akan jaminan rizki. tetap ada penilaian akan usaha kita.

#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.