Minggu, 03 Mei 2020

(jurnal Ramadhan #7)

hari ahad. hampir saja saya tidak menulis.
seharian tadi menyiapkan stok sayuran dan lauk untuk sekitar 2-3 pekan kedepan.
ya, saya sudah membiasakan diri preparasi bahan makanan, bahkan sebelum pandemi ini. sebab menghemat waktu dan pembuangan bahan makanan yang tidak dimasak.

tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini.


tadi, seselesainya saya membeli belanjaan sesuai catatan, saya menyusuri jalan utama perumahan tempat saya belanja. saya melihat seorang bapak tua yang sepertinya baru selesai menggelar dagangannya. tumpukan singkong.
ada yang utuh, ada pula yang sudah dipotongi tak beraturan. ada juga dua bungkus mi instan. entah dagangan juga atau bagaimana, saya tidak tahu.

disampingnya ada sebuah karung berisi potongan-potongan kecil singkong yang menghitam. mungkin bagian-bagian busuk dari singkong yang sudah tidak utuh bentuknya.

saya menghampiri si bapak.
'berapa sekilonya, pak?'
'enam ribu, neng,' jawab beliau.

saya lalu mengambil sebatang singkong untuk ditimbang.
'ini pas banget sekilo,' kata si bapak sambil mengambil salah satu singkong yang tidak utuh untuk ditambahan ke timbangan.
'saya beli sekilo aja, pak.'
'iya, neng. gapapa bayarnya sekilo aja,' jawab si bapak.

saya terpengarah. menerima singkong, lalu membayar dilebihkan. tak banyak.

lalu bagaimana reaksi si bapak?
'ini ditambahin aja ya singkongnya?' ucapnya setelah berterima kasih berkali-kali, sambil menyodorkan sebuah singkong besar.
'ga usah, pak. sudah cukup segini saja saya.'
'atau eneng mau mie? ini buat eneng saja, ya,' katanya lagi sambil menyodorkan dua bungkus mi instan tadi.
'enggak, pak. terima kasih,' ucap saya sambil bergegas pergi.
si bapak masih saja berterima kasih.

saya? hanya bisa merenung. ya Allah...

semoga Allah mencukupkan rizki si bapak.
aamiin...

#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.