Kamis, 30 Agustus 2018

kurban (korban?)

daging masih bu?
alhamdulillaah... masih banyak. belum berhasil nurunin berat badan soalnya. #gimanagimana
eid adha tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. eh tahun ini saya ga ikut sholat eid. sama anak-anak saja mendamai di rumah. sesekali ke kamar mandi. diare berjamaah. ahaha
alhasil daging kurban tidak terolah. alhamdulillaah tukang bakso tidak libur berjamaah. jadi masih selamatlah lauk untuk bocah-bocah.
tentang kurban (korban kali ya lebih tepatnya untuk kasus ini).
baik, tentang korban.
seberapa sering sih kita playing victim atas apa-apa yang menurut kita tidak sesuai dengan harapan. nyalahin keadaan, lah. nyalahin kondisi, lah. nyalahin diri sendiri tapi karena ada faktor x dan x dan x, lah. intinya tidak mau sepenuhnya disalahkan atas ketidaksesuaian. mencari pembenaran atau (si)apapun untuk ikut dipersalahkan.
apalagi kalau kaitannya sama impian-impian yang tertunda. beuuuhh kondisi adalah hal yang paling jahat biasanya.
semacam menunda sekolah atau berkarya karena sudah ada anak. (laaahh... curhat).
padahaaaaalll... bisa jadi posisi korban sebenarnya adalah si anak yang kemudian terus menerus dipersalahkan. padahal mereka salah apa?
atau untuk hal lain. misalnya... apa ya?
pengiriman yang tertunda dan makan waktu lama untuk onlenshoper. pertama ekspedisi salah. ekspedisi kemudian bisa mempermasalahkan cuaca atau macet karena perbaikan jalan atau alamat palsu. la la la la la la laaaaaa....
contoh lain?
ah sudahlah, kalau mau melihat ke diri sendiri, bisa kok menemukan banyak contoh.
(lu sendiri aja kali, yas. orang lain mah enggak. ahaha)
jadiii... dari pada terus menerus menjejali pikiran dengan merasa menjadi korban, lebih baik kita segera menabung biar tahun depan bisa kurban kambing benerran. syukur-syukur bisa sapi. biar gak melulu korban perasaan. #eh
-dyas