Minggu, 29 September 2019

telur! (ayam #2)

sepasang ayam tiba.
diantar dengan kereta kencana.
ditarik dua kuda perkasa.
membuat semua bahagia.
lalalalalalala....

akhirnya saya memberanikan diri nembung, minta ayam ke saudara yang rumahnya tidak jauh dari sini. apalagi ada riwayat orang tua saya dioleh-olehi tiga ekor ayam bangkok saat berkunjung tahun sebelumnya. jadilah hasrat gratisan saya timbul.

mba c senang tak terkira. apalagi adik d. habislah itu ayam diuwel-uwel diusap-usap. dalam pengawasan sang bapak, tentu saja.
alhamdulillaah, sepasang ayam dimiliki. tak sabar menunggu mereka bertelur dan menghasilkan anak lucu-lucu. 😄😄😄

konon, seekor ayam jantan mampu mengawini sampai enam betina. maka dari itu, kami memutuskan membeli seekor ayam betina jenis kampung ke tetangga yang biasa jualan ayam.

sehari, dua hari...
sepekan, dua pekan...
sebulan, tak sampai dua bulan...
mereka bertelur! betina saja, tentunya. jagonya tidak.



namun, setiap hari telur itu hilang. tak bersisa, bahkan cangkangnya. diduga kuat ini kelakuan biang jago, alias si bapak dari telur-telur ini.

karena kesal, beberapa kali telur saya ambil.
hingga tiba masa pengeraman, telur nyisa berapa entah, gak ketahuan.
dan yang menetas jumlahnyaa.... satu.

iya, satu doang.
padahal telur yang dihasilakn, menurut perhitungan yang ketahuan, itu ada 24. iyaa, dua puluh empat!

parah ya, biangnya ini nih... perlu dieksekusi.

namun sebelum itu terjadi, kami pulang kampung dan ayam dititip ke tetangga.
ketika kami kembali, mereka punya telur delapan (yang selamat) saudara-saudara.
ternyata mereka kembali berkembang biak.

batal eksekusi lagi, deh 😕

eh ya, si anak ayam satu ekor itu sudah bertransformasi menjadi jantan muda. sepertinya jenisnya bangkok, sebab tinggi untuk ukuran ayam seumurnya. tapi ya kita lihat saja nanti. dia jenis apa.


-dyas
gambar dari sini

Rabu, 25 September 2019

berkembangbiaklah kalian (ayam #3)

musim telur berikutnya saya hadapi dengan lebih santai.

dimakanin jago, ya silakan.
dieram sama kampung, boleh.
babon bangkok mau ikut ngeram, ya gapapa.
perkara nanti netas berapa, biarlah itu menjadi urusan Allah.

namun ternyata, si bapak bertindak lain. apalagi kandang sudah ada dua.
jadilah sepasang bangkok dikandangin, gak dibuka.
apalagi setelah insiden ditladung, ditubruk dan dijalu. suami kesal sekali sepertinya sama jago bangkok.


akhirnya telur-telur dierami oleh babon kampung.
total telur dihasilkan hampir 30.
yang tereram sekitar 14.
iya, terlalu banyak. tapi saya tidak punya nyali untuk mengambil sebagian. apalagi mengecek satu persatu apakah telur itu berkembang atau tidak.

pasrah sajalah.

hingga akhirnya mulai terdengar bunyi 'ciap... ciap...'.

satu
dua
tiga



total delapan ekor menetas. wah, otomatis jadi juragan ayam, nih.

namun seiring berjalannya waktu... mati dua ekor, sisa enam yang bertahan.

dan seiring berjalannya waktu pula... jago bangkok mulai melakukan pemberontakan. nampaknya dia bosan terus-terusan di dalam kandang.
mulailah dia berani mematuk tangan yang masuk untuk mengambil wadah pakan atau sekadar cek tempat air. 😒

-dyas

gambar dari sini 

ayam tetangga (ayam #1)

bukan, ini tidak ada hubungannya dengan sesuatu tentang ayam yang diperbincangkan akhir-akhir ini. itu loh, denda sekian juta jika ayam tetangga ke halaman kita atau ayam kita bertamu ke halaman tetangga. (dibahas)

dapur saya bertembok langsung ke halaman belakang yang sudah diberi tembok pembatas dengan kebun orang, lumayan tinggi. namun suatu hari, saya mendengar ciap-ciap anak ayam agak banyakan gitu dengan jelas. saya yang amat sangat jarang sekali ke belakang, karena ribed lewat pintu samping rumah melintasi atas kolam yang lama tidak difungsikan karena bocor, jadi penasaran.

lalu wa lah ke suami, memberitahu.
'iya, waktu beresin belakang ada telur ayam beberapa butir gitu. tapi nggak ada ayamnya,' begitu balas suami.

jadilah saya ke halaman belakang sama anak-anak.
sampai di sana... jeng, jeeeeennggg.... benar saja ada induk ayam beserta beberapa anak ayam. ya Allah... imut-imut sekaliii.


mbak c sangat senang. setiap saat dia mgningatkan untuk memberi makan ayam. cukup nasi sisa dan sedikit sayuran mentah yang dicacah.
adik d? cuek saja. masih bayik saat itu.

hampir sepekan kegiatan memberi makan ayam dilakukan. selama itu, saya sudah menanyakan ke tetangga sekitar, barangkali ada yang kehilangan ayam. namun nihil.

lalu pas iseng jalan-jalan ke gang belakang, saya kembali menanyakan.
sorenya, ada ibu-ibu datang ke rumah, bilang mau ambil ayam. ternyata itu ayam beliau, yang bertelur dan mengerami di halaman belakang.

dibawalah induk ayam beserta anak-anak ayamnya.

mbak c?
menangis histeris membuat si bapak berniat membelikan ayam warna warni. namun akhirnya urung karena halaman belakang masih berantakan oleh puing. lalu anak ayam biasanya masih rentan bukan?
selain itu, ayam warna warni, kelak dewasa menjadi ayam ras pedaging, dimana anak-anak ada alergi. saya yang konsumsi, mereka yang gatal-gatal saat masih asi dulu.

lalu bagaimana dong?

-dyas

gambar dari sini