Sabtu, 09 Mei 2020

tentang beristirahat (jurnal Ramadhan #12)

terkadang saya merasa bahwa saya belum selesai dengan diri sendiri. akibatnya? banyak hal terbengkalai.

saya selalu sangat bersemangat di awal, namun kemudian gagal menjaga semangat itu hingga akhir. jangankan hingga akhir. di sepertiga perjalanan saja saya sudah merasa bosan dan ingin menyudahi.

iya, tulisan kali ini murni curhat.

bukan saya tidak beristirahat. saya terlalu banyak beristirahat malahan. dan setelah melakukan satu dua, saya terlalu berpuas diri. kemudian berhenti.
padahal yang harus diselesaikan itu ratusan. tidak hanya satu dua.

iya, beristirahat memang perlu. bahkan dianjurkan untuk menghitung kembali bekal berjuang serta mengumpulkan tenaga.

tapi gunakan itu untuk menyelesaikan perjalanan. bukan memulai perjalanan yang baru lagi.

bener-bener butuh self toyor ini saya.



#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

Selasa, 05 Mei 2020

memberi maaf pada kenangan


kamu tahu, akhir-akhir ini aku terlalu sering mengingat kamu. sedikit ingatan akan hari-hari lalu. terutama saat melintas tempat yang pernah kulewati denganmu. atau saat tak sengaja melihat benda-benda yang sering melekat di kamu.

rasaku? sudah lama aku tidak merasakan itu. jangan terlalu percaya diri. aku sudah menghapus semua dan berhenti di saat aku memutuskan berhenti. saat aku tahu bahwa segala itu tidak akan menjadi nyata.

aku hanya sedang banyak mengingat yang lalu. tak hanya tentang kamu, sebenarnya. hanya saja, beberapa kejadian yang teringat, kebanyakan tentang kamu.

rasaku? sudah kubilang, mereka sudah lama terabaikan. kamu terlalu percaya diri. aku benar-benar sudah mematikan semua itu. menutup rapat dan membuang kuncinya entah dimana.

aku hanya ingin memberitahumu bahwa akhir-akhir ini, aku terkadang mengingatimu. tidak sesering yang kamu bayangkan. beberapa hal memang sedang membawaku ke memori masa lalu. mungkin aku sedang tidak banyak pekerjaan, jadi membebaskan pikiranku sendiri kemana-mana. dan tak sengaja, sebagian membawaku ke masa itu.

rasaku? sudah ku beri tahu dari tadi.
kenapa tiba-tiba kamu membuatku tidak percaya diri?

-dyas 
pict by anna aden 

Allah selalu mampu (jurnal ramadhan #11)

hei, kamu. masihkah sering 'meragukan' kemampuan Allah untuk menjadikan ada dari tiada atau meniadakan yang ada? 

atau berfikir buruk tentang hari-hari kedepan yang nyatanya tidak ada seorangpun yang mampu memastikannya?

atau mungkin larut dalam ketakutan-ketakutan yang entah apa, mereka berlomba di kepalamu dan malah menjadikanmu semakin alpa?

sungguh, pertolongan Allah sangatlah dekat.


yakinkan saja di pikiranmu bahwa kamu akan bisa menjalani hari-hari dengan baik selama kamu terus melakukan hal-hal baik.

yakinkan saja dalam hatimu bahwa tidak ada satu hal pun yang Allah sia-siakan, terutama akan usaha-usaha yang terus kamu upayakan.

yakinkan saja dalam otakmu bahwa segala hal sudah dijamin, maka cukup pikirkan dan lakukan cara terbaik untuk mencapai jaminan-jaminan itu.


ingat saja, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.



#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

Senin, 04 Mei 2020

komitmen (jurnal Ramadhan #10)


awal kuliah dulu, saya sempat sangat menyukai cerpen dan novel islami yang memang saat itu sedang sangat ramai bermunculan. saya menyimpan di kardus di kolong tempat tidur asrama saat itu.

asma nadia, helvy tiana rosa, ari nur, nurul f. huda, habbiburahman, pipiet senja dan kebanyakan penulis yang tergabung di flp, saya suka.

ada salah satu cerita di kumcer hari-hari cinta tiara, kalau tidak salah, yang begitu saya ingat. tentang sahabat tokoh utama yang terus menerus ditimpa kemalangan.

waktu itu saya berfikir, ih... sedih banget kisahnya. apa ada yang beneran ngalamin seperti itu.

iya, saya mainnya kurang jauh. hehe

tapi kakak si tokoh utama membacakan suatu ayat ke temannya itu, ayat di bawah ini.



saya ingat betul. saya langsung berfikir tentang komitmen.
ketika kita bilang akan melakukan sesuatu, biasanya ada saja satu dua hal yang menjadi kendala.
apalagi ketika sedang semangat-semangatnya. kendala sepele, mungkin. tapi mampu merusak mood dengan baiknya.

ah ya, semua hal butuh pembuktian.
jangankan kepada Rabb pemilik seluruh alam. kepada anak-anak saja, banyak hal butuh dibuktikan. dan dengan bukti itu, perlahan timbul kepercayaan.


ps: 
maaf saya menulis seputar itu-itu saja. sebab saat ini dunia saya sedang berputar di situ saja. tidak kemana-mana.
lagipula saya tipe orang yang harus meyakinkan diri berkali-kali. jadi seperti itulah saya menulis, berkali-kali.
jangan dibandingkan dengan tulisan ip-ers yang lain. pasti jauh lah. 
tapi terima kasih sudah mau membaca :,)




#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

stop being toxic (jurnal Ramadhan #9)

Tidak ada yg lebih merusak jiwa anak selain perkataan orang tua. Sebaliknya, tidak ada yg lebih mampu membangun jiwa anak, selain perkataan orang tua.


wfh dan sfh menciptakan interaksi yang lebih banyak lagi bagi orang tua dan anak. namun dalam kondisi yang bisa dibilang kurang baik.

anak-anak yang dibebani tugas sekolah banyak, orang tua yang harus bekerja lebih lama karena nyatanya wfh memiliki jam kerja yang lebih fleksibel.

atau lebih buruk, anak-anak balita usia pra sekolah yang merasa senang tiba-tiba ditunggui orang tua di rumah.
namun ternyata orang tua dipusingkan dengan kondisi kehilangan sumber penghasilan.
akibatnya? anak dijadikan sasaran.
na'udzubillaah... summa na'udzubillaah...


Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan
yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. 
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah, dan hendaklah mereka 
berbicara dengan tutur kata yang benar. 
(QS. An-Nisa': 9)


saya sempat memikirkan ini. 
jika selama ini sekolah dan bekerja dijadikan tempat pelarian dari sikap dan ucapan buruk orang lain serumah, apa kabar mereka saat ini? 

semoga kita selalu bisa menjaga lisan kepada anak-anak. yang sungguh, meski mereka pandai memaafkan, namun hati mereka tetap bisa terluka dan menyimpannya untuk diledakkan di masa datang.


#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

Minggu, 03 Mei 2020

tentang niat (jurnal ramadhan #8)

jadi beberapa tulisan dalam rangka tantangan rumlit ip Bekasi ini ada yang saya tulis di instagram saya (ig @dyaschasbi). 
kenapa?
karena di sana kayaknya viewers nya lebih banyak dibanding di blog. (dilemparkuota)

jadi? nulis biar banyak viewers gitu?
padahal katanya menulis untuk mengingatkan diri sendiri...

eh iya, ya.
baiklah, mari luruskan niat.


sebenarnya tujuan saya ikut tantangan ini adalah agar saya kembali menulis.
dulu saya rajin menulis di blog. di instagram dan facebook juga. meski sekarang sudah banyak yang saya hapus. sungguh, menulis mengandung curhat itu memalukan ketika dibaca ulang di beberapa tahun kemudian.

menulis supaya apa?
supaya bahagia. sehat jiwa. dan memiliki sesuatu untuk dibagikan tanpa ada merasa kehilangan.

menulis agar ada manfaat yang bisa dibagikan.
meski sejauh ini, kebanyakan tulisan saya tidak karuan. 

sebab sejatinya kita di dunia adalah untuk mengumpulkan bekal agar bisa bahagia di dunia berikutnya.
salah satunya ya dengan meninggalkan sesuatu yang bermanfaat.


demikan.

#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

(jurnal Ramadhan #7)

hari ahad. hampir saja saya tidak menulis.
seharian tadi menyiapkan stok sayuran dan lauk untuk sekitar 2-3 pekan kedepan.
ya, saya sudah membiasakan diri preparasi bahan makanan, bahkan sebelum pandemi ini. sebab menghemat waktu dan pembuangan bahan makanan yang tidak dimasak.

tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini.


tadi, seselesainya saya membeli belanjaan sesuai catatan, saya menyusuri jalan utama perumahan tempat saya belanja. saya melihat seorang bapak tua yang sepertinya baru selesai menggelar dagangannya. tumpukan singkong.
ada yang utuh, ada pula yang sudah dipotongi tak beraturan. ada juga dua bungkus mi instan. entah dagangan juga atau bagaimana, saya tidak tahu.

disampingnya ada sebuah karung berisi potongan-potongan kecil singkong yang menghitam. mungkin bagian-bagian busuk dari singkong yang sudah tidak utuh bentuknya.

saya menghampiri si bapak.
'berapa sekilonya, pak?'
'enam ribu, neng,' jawab beliau.

saya lalu mengambil sebatang singkong untuk ditimbang.
'ini pas banget sekilo,' kata si bapak sambil mengambil salah satu singkong yang tidak utuh untuk ditambahan ke timbangan.
'saya beli sekilo aja, pak.'
'iya, neng. gapapa bayarnya sekilo aja,' jawab si bapak.

saya terpengarah. menerima singkong, lalu membayar dilebihkan. tak banyak.

lalu bagaimana reaksi si bapak?
'ini ditambahin aja ya singkongnya?' ucapnya setelah berterima kasih berkali-kali, sambil menyodorkan sebuah singkong besar.
'ga usah, pak. sudah cukup segini saja saya.'
'atau eneng mau mie? ini buat eneng saja, ya,' katanya lagi sambil menyodorkan dua bungkus mi instan tadi.
'enggak, pak. terima kasih,' ucap saya sambil bergegas pergi.
si bapak masih saja berterima kasih.

saya? hanya bisa merenung. ya Allah...

semoga Allah mencukupkan rizki si bapak.
aamiin...

#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

Sabtu, 02 Mei 2020

kepada: kaum rebahan (jurnal ramadhan #6)

sfh, wfh, phisycal distancing, social distancing, psbb dan semacam itu membuat kita benar-benar diam di rumah saja.

sebagai kaum rebahan generasi awal, tentu ini sangat menyenangkan.

tapii... jangan sampai membuay buay dan membuat makin terlena rebahan sampai menunda-nuda aktivitas karena:
- nanggung nih satu episode lagi
- eh, artikel ini menarik. kenapa bisa gitu ya? (kemudian kepo tak berkesudahan)
- mau nyetatus fb. eh, kok status ini bagus. lalu scroll berkepanjangan.
- main game lalu penasaran ga berhasil juga di level itu. atau melalui banyak level sekali main, menang mudah.
- olah raga mulai besok
- besok bangun sahur pagian biar bisa tilawah banyakan
- mau ikut kajian onlen, anak tidur takut keberisikan, earphone entah dimana.

lallluuuu beralasan lainnya sampai ladang gandum berubah jadi butiran koko crunch.

jangan, ya. beneran jangan loh.

sebaaabbb....

jadi, mari bergerak. lebih produktif. lebih bersemangat.
apalagi di tengah pandemi ini. ikhtiar maksimal wajib diusahakan demi kesehatan jiwa raga dan dompet.

saya?
saya ikut partisipasi rumlit ip bekasi menulis jurnal ramadhan. meski jenis tulisan acak adul.

lalu ikut partisipasi rumbel jkt ip bekasi menjahit 1000 masker kain.
menjahit 1000 masker??
iyaa... tapi dibagibagi ke banyak anggota. jadi per orang menjahit 50 masker dalam waktu satu bulan. yaa... meski saya belum mencapai target. karena oh karena, kebanyakan iklan dan hasrat rebahan yang bergelora.

jadi, wahai kaum rebahan,
mari bertaubat.

#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.

Jumat, 01 Mei 2020

si-lau (jurnal ramadhan #5)


biasanya adaaa aja entah dari sepandangan, sepostingan, securhatan atau sekelebatan yang akhirnya membuat otak auto membandingkan.

ada perbedaan output tapinya.
1. ikut bersyukur dan kemudian termotivasi
2. ikut bersyukur kemudian merasa rendah diri
3. datar saja, lalu dilupakan
4. diingat-ingat lalu dibandingkan dengan diri sendiri, kemudian bersyukur
5. diam dan berfikir 'ah elah, gitu doang' kemudian kepo sama kehidupan pribadinya lain-lain
6. sebel, kesel kemudian iri hati.

makin ke bawah, level pikirannya memburuk ya.
itu level disclaimer sepihak dari saya, yang pernah saya rasakan sendiri.
alhamdulillaah semua hanya tertahan di pikiran, tanpa pernah diucapkan kecuali ke saudara terdekat.
semoga Allah selalu menjaga hati dan lisan (serta tulisan) kita. aamiin. 


lalu maksud tulisan ini? 
ya sekadar mengingatkan diri sendiri untuk selalu bersyukur akan apa-apa yang sudah dipunyai, yang sudah diberi oleh Allah.
semua sudah tercatat bahkan jauh sebelum penciptaan.
jadii... ya sudah. jangan berlarut-larut dalam membandingkan. jangan pula dijadikan sebab pengandaian.

cukup jadikan pelajaran, bahwa apapun, selalu usahakan untuk melakukan yang terbaik. jangan terlena akan jaminan rizki. tetap ada penilaian akan usaha kita.

#tantanganRamadhan1441HRumlit 
#JurnalQuranIPBekasi


-dyas
belajar menulis lagi.
menulis untuk mengingatkan diri sendiri.
menulis sebagai bentuk komitmen pada diri sendiri.