Jumat, 30 November 2018

ramona and beezus





entah kenapa, malam ini saya memutuskan membuka file film di laptop dan memilih film ini. setelah sekian lama.

yang saya ingat, film ini berkisah tentang ramona. anak yang terlalu aktif dan selalu menimbulkan masalah. saya banyak tertawa saat melihat tingkahnya.
ya, sependek itu.

ramona.
si anak tengah. mempunyai kakak yang sempurna dan adik bayi yang menggemaskan sehingga segala hal yang dia lakukan selalu jadi berbeda dan terkesan menjadi sumber masalah. menjadi beban bagi anggota keluarga lainnya.

daya imajinasinya yang di luar nalar teman-temannya membuat dia dijauhi dan hanya memiliki satu teman yang agak dekat, tetangganya. dan apapun yang dia lakukan selalu di luar perkiraan dan mengejutkan. ya, saya masih menertawai segala kekonyolannya. 


beezus. 
si kakak yang cantik, pintar, menyenangkan, pandai bergaul dan punya banyak teman. sangat terbalik pribadinya dengan ramona. 


ya, saya kembali menonton mereka malam ini.
dan ternyata, ada banyak hal yang baru saya dapat ketika menonton film ini. bahkan setengah film saya habiskan dengan berderai air mata. oke, saya lebay. 

namun saya benar menangis di setengah film. mungkin lebih.

ada banyak, banyak sekali hal sederhana dalam keluarga yang saya sadari malam ini. 

ketika orang tua harus selalu nampak baik-baik saja di depan anak-anak meski sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.
ketika semarah apapun kakak kepada adik, dia akan selalu datang dan ada sebuah peluk menenangkan.
ketika orang dewasa mampu menempatkan reaksi akan perbuatan seorang anak, dimana orang lain mungkin melihatnya sebagai masalah.
ketika anak bisa bersikap dewasa, melampaui ekspektasi orang tuanya.
ketika orang tua mengambil tindakan bijaksana tanpa menggurui si anak.


saya salut dengan sikap kedua orang tua ramona. sangat bisa mengarahkan dan membawa diri.

ah, saya banyak belajar malam ini.
apalagi sambil menatap dua anak yang lelap ketika saya merasa terlalu lelah menghadapi mereka beberapa hari ini.


semoga kami, sebagai orang tua, selalu mampu membimbing anak-anak sesuai fitrah mereka. 

Rabu, 24 Oktober 2018

galau dan produktivitas

Galau menurut wikibahasa memiliki dua arti. Pertama, adalah sebuah perasaan yang mengungkapkan rasa bingung. Seperti dihadapkan dengan 2 pilihan.
Kedua, galau bisa juga diartikan sebagai ungkapan rasa dimana harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau didapatkan. Seperti, putus cinta atau kasih yang tak sampai. 
Baik yang pertama maupun yang kedua, galau sama-sama menyoal rasa. Sama-sama gamang dan semacam tidak tahu arah tujuan.
Lalu apa hubungannya dengan produktivitas?
Kegalauan mempengaruhi produktivitas. Iya. Sangat berpengaruh.
Orang galau, terutama dalam arti kedua, biasanya memiliki perasaan yang mendadak sangat peka. Atau dalam bahasa sekarang, baper. Dengar lagu, langsung konek dengan apa yang dirasakan. Dengar cerita, biasanya dihubung-hubungkan. Membaca update-an seseorang, bisa langsung dijadikan bahan perbandingan dengan diri sendiri.
Akibatnya? Orang tersebut disibukkan oleh rasa, oleh hati. Lalu apa-apa yang harus dikerjakan pun terbengkalai. Atau jika tetap dikerjakan pun, hasilnya biasanya kurang optimal.
Akhirnya produktivitas menurun. Kualitas hidup juga ikut turun. Bahkan hubungan dengan orang lain bisa ikut terpengaruh karena performa yang ikut memburuk.
Berbanding terbalik jika galau dihubungkan dengan produktivitas menulis. Semakin galau, tulisan yang dihasilkan biasanya akan semakin banyak. Semakin bagus. Dan semakin kaya. Baik kaya rasa, kaya rupa dan kaya empati.
Setidaknya itu yang saya rasakan di masa galau. Banyak menghasilkan tulisan yang benar dari hati. Serta memiliki bentuk tulisan yang bagus.
Lalu sekarang, apakah saya sudah tidak merasakan galau lagi?
Hmm... jika pilihan antara mencuci baju anak atau baju saya dan suami hari ini? Mau masak apa hari ini? Anak tidur, mending ikut tidur atau berbenah ya? Buka socmed enaknya fb atau ig dulu? Dan semacam itu termasuk kegalauan, maka saya galau setiap hari.
Bekasi, 24 oktober

Selasa, 25 September 2018

secawan kopi panas



secawan kopi panas tergeletak
di ujung meja. tangan-tangan dingin memeluk 
tanpa peduli tubuhku
yang menggigil ditingkahinya.

satu luka tersayat. beberapa lebam membiru.
mereka sisa kejadian terdahulu
yang belum pulih benar.
apalagi sisa yang terada di dalam rasa.

namun nampaknya ia belum selesai. tubuhku
kaku. antara menahan sakit dan amarah
yang kian bergemuruh di dada.
tak menentu.

satu pukulan kembali melayang.
dilanjut serapah yang entah ia pungut dari mana.
aku masih tak melawan.
aku sibuk mengumpulkan keberanian.

hentakan berikutnya. tubuhku limbung.
cacian makian yang menerus lalu
berubah menjadi teriak kesakitan
seiring tubrukan yang kulakukan.

kanak-kanak aman. tadi tak lupa kukunci pintu
dari luar hingga mereka tak perlu menyaksikan.
tak bisa juga mengintip. tapi mereka pasti menebak.
kami terlalu riuh.


secawan kopi panas tergeletak di ujung meja
mendingin. calon peminumnya bersimbah darah
ditusuk pisau dapur yang sudah
sepekan ini ku asah.


bekasi, 25 september 2018
-dyas

Kamis, 20 September 2018

[ff] cinderella

'mana sepatumu yang sebelah lagi?' tanya aldo, kasar.
aku menggeleng kencang sambil berteriak 'bukan punyaku!'.
'tapi ini pas di kaki mu' timpal kroni-kroni nya.
'sudah, mengaku saja!' lanjut mereka kemudian tertawa.


entah ide dari mana si preman ini memulai sayembara cinderella. katanya dia suka mendengar gelak tawa gadis yang dia ajak dansa semalam. jadi bersama kroni-kroni nya, dia mencuri sebelah sepatu si gadis. kemudian hari ini mereka menjelajah untuk mencari pemilik sepatu.


aku si kutu buku. si anak penurut yang tak pernah terlambat pulang. semalam pun ijin hanya diberi hingga jam 22. jauh di bawah jam cinderella.


sialnya, memang sepatuku yang sedang mereka bawa-bawa.


huft.
inilah akibat mengiyakan ajakan dansa orang yang salah saat prom semalam.


bekasi, 20 september 2018

Rabu, 19 September 2018

ff : begal

aku berlari sekencang aku bisa. tanpa menoleh. ada yang berlari mengejarku. nafasku tersengal.
aku memilih bersembunyi sambil beristirahat. jantungku berdegup kencang.
aku bersembunyi dengan baik. orang itu mondar mandir mencari lalu mengucap umpatan untukku sebelum akhirnya memilih berlalu.
aku melanjutkan perjalanan dengan makanan yang kubawa untuk anak-anakku. tetap waspada namun fokus.
ah, aku lupa. seharusnya aku tidak melewati tempat ini. pasti mereka ada di sana.
benar saja, empat ekor kucing langsung menerkamku. mengincar ikan besar di mulutku.
aku terpelanting. dua kembali menyerangku membabi buta. dua lagi berlari membawa ikan yang susah payah kucuri.
dua kaki depanku luka. ekorku juga.
maafkan ibu, nak. belum ada ikan untuk kita hari ini.
bekasi, 20 september 2018

Selasa, 18 September 2018

bahasa kasih

cara termudah mencintai adalah dengan kita merasa dicintainya
sudah menikah berapa lama, mak?
alhamdulillaah saya akan enam tahun. masih seumur jagung, kata orang tua saya (ya iyalaaaahhh). masih banyak yang harus disesuaikan dan menyesuaikan.
pernah merasa tidak disayang suami?
pernaaahh ahaha
apalagi ketika saya tanya 'akak sayang gak si ama ade?'. dan jawaban suami selalu 'enggak'. udah, titik. ga ada apa-apa lagi.
awal-awal ya saya manyun lah digituin.
terus hari-hari yang kita lalui bersama selama ini kamu anggap apa, mas???
#zoominzoomout
kalau sekarang? saya bisa menimpali:
'enggak salah lagi'
'enggak sedikit, tapi banyaaakk banget'
'enggak ada yang lain selain ade'
'enggak akan habis rasa sayang akak ke ade'
(kemudian dilempar sepatu)
maka suami akan tergelak.
entah kenapa, saya lebih sering ngegombalin suami meski sering dibalas: 'apa, si?' sambil suami senyum-senyum uyelable #EH!
tapi seiring berjalannya waktu, saya tahu bahwa masing-masing kita memilki cara untuk menyayangi, membahasakan perasaan yang dimiliki. pun perasaan disayangi.
ketika saya sibuk bertanya-semacam butuh banget pengakuan- maka suami akan lebih damai membahasakannya.
bangun lebih awal, menyiapkan bekal, anak-anak yang makan makanan hasil masakan saya, anak-anak ditemani membaca buku dan bermain.
itu yang lebih membahagiakannya.
terbukti ketika saya pengen nyetok seblok demi menjaga kewarasan (iyaa, jajan seblok doang saya bahagiaaa), suami mengiyakan.
saya mengingatkan suami akan kebutuhan anak-anak, jarang ada penolakan.
saya membahas mengenai hal remeh, suami menanggapi.
saya mengajak diskusi tentang masa depan, suami bersemangat sekali.
saya minta jalan-jalan keliling eropa, suami megang dahi saya buat cek suhu.
aduh, jadi curhat rumah tangga giniii...
ahaha gapapa ya sesekali.
semua karena kulwapnya diskusi emak kekinian, nih.
bekasi, 18 september
procrastinator does exist!!

koentji nya adalaaahh

komunikasi adalah koentji.
ya, itu yang selalu abah saya katakan sejak kakak saya akan menikah.
'syarat abah ga banyak. yang penting orangnya sayang sama kamu.'
demikian tanggapan abah mengenai calon suami. sudah. tidak ada kriteria lain-lainnya.
beberapa hari yang lalu saya baru saja mengikuti diskusi grup whatssapp tentang komunikasi suami istri. ternyata hanya dari komunikasi saja bisa mempengaruhi banyak hal.
ada yang merasa baik-baik saja karena selama ini adem ayem, lempenglah. ada juga yang suami merasa baik-baik saja tapi istri tidak merasakan hal yang sama. ada juga yang keduanya tahu bahwa sedang tidak baik-baik saja tapi tidak tahu juga ketidakbaik-baikannya ada di mana.
nah, disinilah pentingnya komunikasi. baik mengenai apa yang disampaikan, cara penyampaian dan waktu yang tepat.
kalau misal masih terasa sulit, ada saja ketidaksesuaian, bisa jadi ada faktor-faktor yang lainnya. jangan menyerah, teruslah trial error. agar makin lihai berkomunikasi dengan pasangan sehidup sesurga, insyaAllah.
saya jadi ingat alasan saya meng-iyakan pinangan suami saat itu.
karena saya nyaman berkomunikasi dengan dia dalam kondisi dan cara apapun.
ya,
pilihlah pasangan yang kamu nyaman berkomunikasi dengannya dalam kondisi dan cara apapun, sebab dengan dialah kamu akan terus dan harus berkomunikasi hingga tutup usia.
bekasi, 18 september
-dyas

Jumat, 07 September 2018

tentang penampilan

'kamu niat banget, ya yas buat memperbaiki keturunan.'
ya, itulah respon yang pertama saya dapat ketika mengabarkan tanggal pernikahan dan memperlihatkan foto calon suami kepada seorang sahabat. saya tergelak sambil menoyor kepalanya.
dia laki-laki. teman berseragam abu-abu. lebih tua dua tahun dibanding saya.
body shaming
ya, tanpa disadari, kalimat yang diucap sahabat itu termasuk body shaming.
dan tanpa disadari lagi, mungkin kita (atau saya saja) pun sering melakukannya. meski hanya dalam hati.
bersyukur masih masuk dalam barisan yang mampu menjaga lisan alih-alih mengeluarkan first-impression yang biasanya gak jauh-jauh dari tampilan fisik.
ada penulis yang sudah menghasilkan banyak buku, bahkan difilmkan. namun dibanding mengapresiasi karya beliau, beberapa orang memilih mengomentari fisiknya. bahkan dengan kalimat yang tidak sopan.
ada seorang ibu rumah tangga yang sangat suka memasak. menghasilkan tiga buku resep yang best seller. anak-anak yang sehat dan membanggakan beliau. bertubuh gemuk. lalu seseorang men-dm beliau hanya untuk bilang 'kalau saya malu punya anak gemuk kayak anak ibu'.
ada seorang teman yang harus melahirkan premature, qadarullaah bayinya meninggal. saat datang ke reunian, ada yang bilang 'eh, kok kamu gendut banget sekarang'.
ada mahasiswa di jamannya yang memiliki ide briliant. namun dia tidak berani untuk mempresentasikannya sehingga meminta teman lain untuk melakukannya. saat ditanya alasannya? 'dia lebih ganteng dibanding gue'.
ada juga seorang ibu rumah tangga yang selalu berusaha memasak untuk kebutuhan gizi anaknya. namun si anak memilih makan nasi doang atau kentang doang. lalu tetangga berkomentar 'eh, kok kakak adik kurus-kurus, si. pada ga dikasih makan, apa?'
(ha ha ha... kemudian saya nyempilin curhatan)
sungguh, kalimat-kalimat itu gak hanya menyakitkan. tapi mampu masuk ke pikiran dan menghasilkan pandangan yang sama dari diri sendiri.
seburuk apa pengaruhnya?
bukankah angka bunuh diri karena hal ini bisa menjadi jawabannya?
ayolah, masih banyak hal yang bisa kita bahas bersama orang lain selain tentang fisik.
body shaming bukan budaya, jangan sampai jadi budaya. meski beberapa belum mampu menahan lisan untuk tidak mengomentari fisik orang yang ditemuinya. tapi bukan berarti kita tidak bisa kan?
'when you judge a woman by her appearance, it doesn't define her self, it defines you.' -steve maraboli

Kamis, 30 Agustus 2018

kurban (korban?)

daging masih bu?
alhamdulillaah... masih banyak. belum berhasil nurunin berat badan soalnya. #gimanagimana
eid adha tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. eh tahun ini saya ga ikut sholat eid. sama anak-anak saja mendamai di rumah. sesekali ke kamar mandi. diare berjamaah. ahaha
alhasil daging kurban tidak terolah. alhamdulillaah tukang bakso tidak libur berjamaah. jadi masih selamatlah lauk untuk bocah-bocah.
tentang kurban (korban kali ya lebih tepatnya untuk kasus ini).
baik, tentang korban.
seberapa sering sih kita playing victim atas apa-apa yang menurut kita tidak sesuai dengan harapan. nyalahin keadaan, lah. nyalahin kondisi, lah. nyalahin diri sendiri tapi karena ada faktor x dan x dan x, lah. intinya tidak mau sepenuhnya disalahkan atas ketidaksesuaian. mencari pembenaran atau (si)apapun untuk ikut dipersalahkan.
apalagi kalau kaitannya sama impian-impian yang tertunda. beuuuhh kondisi adalah hal yang paling jahat biasanya.
semacam menunda sekolah atau berkarya karena sudah ada anak. (laaahh... curhat).
padahaaaaalll... bisa jadi posisi korban sebenarnya adalah si anak yang kemudian terus menerus dipersalahkan. padahal mereka salah apa?
atau untuk hal lain. misalnya... apa ya?
pengiriman yang tertunda dan makan waktu lama untuk onlenshoper. pertama ekspedisi salah. ekspedisi kemudian bisa mempermasalahkan cuaca atau macet karena perbaikan jalan atau alamat palsu. la la la la la la laaaaaa....
contoh lain?
ah sudahlah, kalau mau melihat ke diri sendiri, bisa kok menemukan banyak contoh.
(lu sendiri aja kali, yas. orang lain mah enggak. ahaha)
jadiii... dari pada terus menerus menjejali pikiran dengan merasa menjadi korban, lebih baik kita segera menabung biar tahun depan bisa kurban kambing benerran. syukur-syukur bisa sapi. biar gak melulu korban perasaan. #eh
-dyas