Jumat, 25 Januari 2019

anak saya cerdas, tapi....

Topik tumbuh kembang dan kecerdasan anak selalu memiliki daya tarik dalam dunia pengasuhan anak. Tidak jarang, tanpa sadar orang tua saling membandingkan pencapaian anak mereka dengan anak lain. 


Pernah gak sih, mak ngerasa galau ketika tiba-tiba seorang teman bilang: 
'Anak ku kinestetik banget, nih. Gak bisa diem barang semenit. Senengnya lari-lari sama lompat-lompat terus.'
'Aku mau kasih liat video ini ke anakku yang visual abis.'
'Wah, kalau udah lagi ngomong, dia susah berhenti. Soalnya bakatnya linguistik.'
'Lihat, nih interchange yang digambar anakku. Keliatan kan kalo dia spasial banget.'
... dan semacamnya. 

Sementara kita di sini masih bertanya-tanya: jadi, cara belajar bagaimana yang paling tepat untuk kamu, nak? Kenapa bunda belum bisa mendeteksi jenis kecerdasan yang kamu punya? Padahal usiamu sudah di atas tiga tahun, yang konon masuk pada masa perkembangan cepat melesat. 


Iya, itu salah satu bentuk kegalauan saya saat ini. Kok ini anak mood-mood an banget. Kadang manjat-manjat tanpa rasa takut. Kadang anteng menggambar kemudian sangat bersemangat ketika ditanya mbak lagi gambar apa? 
Kadang menyanyi entah berapa lagu sambil sedikit menari dan lelompatan sampai bunda lelah bertepuk tangan. 

Bahagia, si... berarti anak memiliki banyak minat dan mudah membuatnya tidak bosan. Kasih saja bermacam aktivitas berganti-gantian.

Tapi kok ya malah jadi bikin bingung mau gimana mengasah kecerdasannya? Khawatir malah saya memaksakan lalu anak bete dan tidak bersemangat.

Terus kita mesti gimana dong agar anak tetap berkembang kecerdasannya sesuai fitrah dan tanpa paksaan? 



Sinih, saya kasih beberapa saran yang bisa dilakukan sambil ibu-bapak mengamati kira-kira anak terlihat bersemangat ketika kita ajak melakukan apa yang bagaimana.

1. Beri contoh yang baik
Benarlah pepatah lama berbunyi : actions speak louder than words. Sebab bagaimanapun, anak lebih mudah mengikuti dibanding mengerjakan instruksi. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, bagi irt macam saya, yang paling banyak dilihat anak-anak ya saya, emaknya. Jadi kemungkinan terbesar mereka akan mengamati apa-apa yang saya kerjakan lalu menirunya di lain kesempatan. 
Agak shocked ketika si kakak bilang ke adik : "Ampun dilempar-lempar, dedek. Nanti rusak. Ampun berantak, nanti bunda marah."
Hayolo maakkk... ketahuan suka marah. (Tutup muka)

Banyak hal di tiru. Makan menggunakan tangan kanan. Memakai sesuatu (sendal, baju) dari sebelah kanan. Minum sambil duduk. Merapikan mainan setelah selesai dimainkan. Meletakkan sesuatu kembali pada tempatnya setelah digunakan. Mengucapkan tolong dan terima kasih ketika meminta bantuan. Meminta maaf saat melakukan ketidaksengajaan.

Apakah anak langsung menirukan dengan baik?
Oh, tentu tidaakk... standing applause untuk yang melakukannya. Perlu diingatkan dan dicontohkan berkali-kali sampai anak benar-benar melakukannya sebagai kebiasaan. 
Tapi bukankah lebih baik berlelah-lelah sekarang daripada memperbaiki kekeliruan kemudian?


2. Membacakan buku
Buku adalah jendela dunia. Betul apa betul? 
Melalui buku, kita bisa mengenalkan anak pada ikan paus tanpa perlu berenang di laut dalam. Kita bisa belajar sejarah bersama-sama tanpa perlu ke masa lampau. Kita bisa berkenalan dengan banyak tokoh-tokoh bersejarah tanpa perlu bertatap muka. 
Favorit anak-anak tentu saja buku yang lebih banyak gambar dibanding tulisan. Tapi sadar kah buibu, bahwa buku jenis ini bisa dieksplorasi lebih banyak. 

Bagi si adik, inilah saatnya mengenalkan segala jenis hewan atau benda. Pertama kita tunjuk sambil sebutkan. Kemudian meningkat kita bertanya benda apa untuk si adik kemudian tunjuk. Lalu meningkat kita menunjuk gambar, adik sambil belajar bicara dan menyebutkan itu apa. 
Untuk si kakak? Bisa lebih kompleks. Kita bisa bertanya macam-macam. Ini apa ya? Warnanya apa? Ukurannya? Sama siapa ya? Sedang apa ya? Dimana ya? Eksplorasi terus imajinasinya. Jangan kasih kendor.


3. Simulasi melalui pretend play 
Pretend play atau bermain pura-pura ini banyak manfaatnya. Salah satunya biar bisa pura-pura bahagia saat dewasa nanti. Eh, bukan.
Salah satu manfaatnya adalah sebagai media eksplorasi anak. Misalnya, nih ya. Hari ini, anak bersemangat menjadi dokter. Maka bunda bisa menjadi pasiennya. Kita bisa melakukan 5W1H.
Apa itu dokter? Apa saja pekerjaannya?
Dengan siapa dokter bekerja? Dengan siapa saja dokter berinteraksi?
Kapan kita perlu dokter? 
Dimana dokter bekerja?
Mengapa ada dokter?
Bagaimana dokter bekerja?

Dari enam pertanyaan mendasar itu, bisa dikembangkan ke hal lain. Silakan improvisasi, ya mak. Tapi biasanya anak juga semangatnya lebih tinggi untuk improvisasi.


4. Praktek pretend play 
Praktek dari simulasi yang dilakukan bersama anak di rumah akan menjadi tantangan yang seru bagi anak. Misalnya untuk bertanya kepada satpam mengenai lokasi suatu tempat di pusat perbelanjaan. Atau melakukan pembelian makanan sendiri di tempat makan.

Yang lebih jauh? Praktek ini bisa dilakukan dengan mengunjungi kantor Polantas, pemadam kebakaran, stasiun, bandara atau lokasi kerja mana yang sesuai untuk memperhatikan lalu mempraktekan. Namun biasanya kegiatan ini baru bisa dilakukan dengan kelompok.

Kalaupun belum punya kelompok, banyak hal praktek langsung yang bisa dilakukan anak. Tapi ya ketika anak memaksa praktek menjadi bob the builder buat betulin genteng bocor, tetap jangan dikasih ya bu ibu.


5. Kegiatan outdoor 
Emak-emak di sini tidak perlu galau dan terobsesi mengikuti public figure yang anaknya ikut kegiatan sana-sini. Aktivitas luar ruangan tidak melulu mahal dan seberat outbond. Cukup bersepeda keliling komplek atau bermain di taman dekat rumah. 
Namun sayang, keberadaan ruang terbuka hijau masih belum merata di semua tempat.

Etapi jangan berkecil hati. Apalagi saat ini sudah masuk musim penghujan. Kegiatan menanam sayuran di petak kecil depan rumah bisa jadi alternatif. 

Anak pertama saya suka daun katuk. Apalagi jika dicampur jagung yang dipipil. Bisa makan lahap sekali. Namun daun katuk segar agak susah ditemui di tukanh sayur. Jadilah kami menanam daun katuk di depan rumah. Cukup menancapkan batang-batangnya. Lalu biarkan air hujan menyuburkannya. Mudah dan murah. 


Sembari saya merapikan sedikit tanaman bumbu dan menebar biji cabai, mbak biasanya melompat-lompat. 'Mbak jadi kelinci, bundaaa!', teriaknya.

Eh, ada yang ketahuan minum susu mbak. Hayooo adiikkk... 


6. Mengungkapkan perasaan
Mengungkapkan perasaan bisa menjadi awal yang baik untuk masa depan anak. Keterbukaan dengan orang tua sendiri, saat ini menjadi hal yang begitu berharga. Tidak sedikit anak bingung bagaimana harus bercerita.
Biasanya saat hendak tidur, orang tua bisa bertanya mengenai aktivitas hari ini dan biarkan anak mengungkapkan apa yang dia rasakan. Namun satu hal yang harus diperhatikan bapak dan ibu adalah konsistensi antusiasme. Semakin kita fokus dan antusias mendengarkan, anak pun akan semakin bersemangat. Jangan sekali-kali mengabaikan, karena bisa jadi keterusan mengabaikan dan akhirnya berakibat fatal.
Tidak melulu tentang yang langsung dirasa anak, bisa juga mengenai cerita yang dibaca atau ditonton. Itulah pentingnya pendampingan, bukan sekadar menemani.


7. Makanan bergizi seimbang 
Menghadirkan menu empat bintang untuk anak adalah salah satu usaha pemenuhan gizi anak. Apalagi akhir-akhir ini ramai dibahas mengenai stunting atau anak tumbuh lambat. Tentu kita tidak mau anak kita lambat tumbuh secara fisik yang tentunya akan berpengaruh pada kecerdasan mereka.
Tapi tapi...
Siapa yang anaknya mulai picky eater di usia tiga tahun lebih? Apalagi dibarengi kemampuan negosiasi macam diplomat. Susunan menu yang sudah disesuaikan dengan daftar isi kulkas bisa berubah sewaktu-waktu. 
Bahkan nih ya, ketika kemarin kita senang banget ada yang ngrecokin lele goreng yang lagi jadi lauk terakhir. Lalu dengan semangat 45 berburu ikan lele di tukang sayur untuk dimasak seperti kemarin. Kemudian dengan wajah bahagia kita hidangkan di depan anak. Eh, dia jawab : "mbak gak suka ikaaaann", lengkap dengan pose tutup mulut dan wajah ogah. Potek hati emak, nak...

Iya, anak saya tergolong susah makan protein hewani. Mereka lebih suka sayur dan buah. Cemilan puding, biskuit atau roti. Paling banter mereka mau makan bakso atau siomay dimsum. 
Oleh karena sebab di atas, susu masih jadi salah satu penyelamat emak untuk penuhi gizi anak. Minimal biar sesuai akg dan kebutuhan kalori harian. Secara kan ya anak usia segitu lagi aktif-aktifnya. 

Setelah menimbang-nimbang, pilihan saya jatuh pada susu UHT.


Kenapa susu UHT?

Sebab:
1. Rasa dan aroma susu tidak terlalu banyak berubah dari bentuk dasarnya.
2. Awet tanpa bahan pengawet. Standarnya 6-10 bulan masa kadaluarsanya.
3. Zat gizi yang terkandung tidak banyak berkurang.
4. Jika kondisi susu kurang baik, biasanya bisa langsung diketahui dari kemasannya.
5. Praktis, tinggal minum, tanpa perlu cuci-cuci peralatan. Ini kecintaan emak-emak sedunia.


Berlanjut ke komposisi? Hmm... hmmm... (nisa sabyan detected). 
Secara umum, kandungan susu UHT hampir sama. Yang paling mencolok adalah ada tidaknya penambahan gula dan garam. Inilah saatnya cek komposisi. 

Waaahh... cocok nih! Di komposisi susu #IndomilkUHTKidsFullCream tidak ada penambahan gula dan garam. Nih, bisa dilihat sendiri kan. 


Rasa susu yang cenderung tawar tidak membuat anak kecanduan yang biasanya berakibat susah makan. Jadi bisa dikontrol anak minum susu dalam jumlah wajar dan tetap makan makanan utama di jam makan, serta bisa diselingi camilan sehat lainnya. Tidak perlu khawatir juga dengan konsumsi gula berlebih yang bisa memicu obesitas yang ternyata angkanya terus meningkat di Indonesia. 
Eh ya, berbincang tentang susu UHT, saya jadi ingin mengajak ibu-ibu untuk ikut kompetisi kece yang lagi diadain sama indomilk. Hadiahnya lumayan, bisa buat beli beberapa mainan edukasi buat nambah-nambah ide stimulus anak, loh. Silakan langsung ke tkp di sini, yak.


Terakhir, saya mau berpesan : 
Dear emak-emak, jangan galau jangan risau ketika anda belum bisa mendeteksi jenis kecerdasan buah hati. Sebab mendampingi tumbuh kembang mereka dengan bahagia itu lebih utama dan akan menjadi memori indah bagi anak-anak kita nanti.


Tebar lope-lope di udara.
-dyas